Jumat, 18 Juni 2010
Celoteh Pemimpi
Tuhan..
Ijinkanku melukis indahnya pagi
di kanvas langitmu
meski ku tak mampu meraba tingginya
ijinkan jiwaku menyentuhnya
pencar tinta-tinta warna
menuju mahakaryaMu yang terindah
Di pagi ini
ingin sekali bertemu
berdiskusi tentang apa yang kan kulukiskan
melempar bola-bola awan
berseluncur di birunya dasar warna
hingga membentuk pola-pola garis
wujud ku betapa merindu
dan segala usahaku menemukanMu
di 5 kali perjumpaan kita setiap harinya
Kau yang begitu tinggi
siapapun tak mungkin menggapai
siapalah dia!
namun mereka membatasi
membuatMu agung
dengan melukai sesama
menodai
menghakimi
doktrin yang begitu kejam
akibat tafsir semena-mena para pemikir yang tersesat
pada akhirnya :
ku bermimpi
semua kita sama
Tuhan adalah satu
tapi tidak untuk melindungi AgungNya
dengan memegang perbedaan layaknya beda yang begitu jauh
usir semua itu
karena kita semua sama
diciptakanNya
dan akan kembali padaNya
*saya bukan ustad, saya bukan kyai, saya bukan pendeta, saya bukan biksu atau apapun itu. Saya hanyalah pemimpi kedamaian di dunia ini.
jendela..
aku harus segera tiba
di 07:00
merenungi
tidak untuk meratapi
gelap malam ini
menelisik putih
di abunya
secercah harapan
di buramnya
jendela..
aku melewati
batasnya
tak kudapat lagi
bersihnya
jendela..
biar aku saja yang buka
mendahului kerak cahaya
biar saja muram
aku menjelajah batinnya
jauh
dan semakin jauh lagi
agar kutemukan arti
mengapa aku disini
untuk menuliskan ini
dan hujan..
dan hujan
turun perlahan
di jalan
resapi setiap detik keheningan
diantara malam menyambung pagi
tinggi membumbung wahai kerinduan
melewati senja yang sakral
menginjaki ketelanjangan mimpi
dan hujan
tiada batas lagi
antara kita
meraba tawa-tawa
di kaki langit
bersama
hari ini
masih bisa tersenyum
bercengkerama dengan kilat-kilat
melihat malam kotaku
hujan ini
saat ini
akan berlalu cepat
tidak pula menyisakan
koma-koma yang tertinggal
walau sejengkal saja
akankah hujan menghapus semua dosa kotaku?
lirih hati di hadapan gulita pasca senja
ajak serta terbang jiwaku
mari-mari
nikmati hujan yang kan meninggalkan
resapi
Senin, 07 Juni 2010
Satu.2008
biru
biru
laut biru
memburu hati pedih perih teriris
kasar kala terhujat
pergilah melacur lalu temukan arti
biar khianat tersisa
aku kan tetap berada..
dalam satu suara
hitam
hitam
pekat
terbangkan duka mengajak tamasya
akan kusentuh harapan yang tersisa
kini membuka
di dalam kegelapan
tersisa detak cahaya
mampu hadirkan denyutku
dalam satu suara
gemerincing dalam kegusaran senja
bergumpal menjadi satu suara
menyeringai wahai derita
temukan aroma yang dahulu ada
kini aku tersesat dalam satu suara
ini hidupku
ini nyanyianku
ini lamunanku
Semarang, Januari 2008
KOMA
Mengunjungi pusara
Batasan tertinggal
Di imaji diri akan rona indah zaman
Dunia semacam fatamorgana
Racun bagi kreatifitas daun kelor
Akan sama nasibnya dengan para pembual di TV
Merasakan detak nafas tertunda
Terinjak bagai fosil
Sumpah serapah berhala liberal
Harum semerbak di surga para pesakitan
Tiada yang begitu menarik saat ini
Selain menyaksikan dunia meledak
Kau! Kau! Dan Kau! Adalah sumbunya
Ruang warna warni. 17.12.09. Jakarta
Foto : TV ; www.renungandave.blogspot.com
Bom ; www.maramissetiawan.wordpress.com
Mendaki Mundur
Wahai wajah-wajah muram
Kuhadiahkan kau resah
Kutiupkan nafas-nafas gundah
Dalam tiap kepingan fragmen
Tentang lelah-lelah yang kau gubah
Kini biru tertambat di pekatnya cahaya
Asap buatku buta
Masih adakah liku
Dalam setiap perjalanan
Sampai kumasuki rongga mulutku sendiri untuk melihat kedalamannya
Tertawa lepas di kesunyian
Menyanyiku di gelap pagi buta
Bersama langkah-langkah mundur pendakian alam
JKT.13.2.10
Minggu, 06 Juni 2010
Seandainya, lalu?
seandainya....
ruang itu masih ada
tidak satu pun layak menghakimi
begitu pula riak ombak
hey, kalian mau apa?
arogansi tidak dibawa mati
akankah terbius gemerlap wangi-wangi surga
lalu bunuh diri bersama argumentasi kotak-kotak
yang terpetakan atas namaNya
kalian bawa tanda-tanda
atas namaNya
atas namaNya
Seandainya.....
norma masih hidup
kalian tak kan pernah tega menodai kesuciannya
cemar...cemar..cemar
sudut-sudut kota adalah lautan sampah
oo, sunyi biarkan aku bernyanyi
akan kesumbangan negeriku tercinta
di tengah prahara
berharap akan adanya pencapaian mimpi
lepas saja gelisah
terbang mengunjungi duniamu
bertemu pahlawan-pahlawan baru
yang siap menjajah nalar
1..
2...
3.....
akan jadi apa?
Kotaku
menerka nerka segala kemungkinan
antara duka dan suka
begitu tipis beda kurasa
begitu pula cuaca
kadang panas mendera
tak lama hujan pun dengan genit menyapa
kotaku
jejak rasa menerpa
adalah sayup-sayup suara
di ujung luka
adalah tawa diujung tangisnya
hanya kata
yang menawarkan alternatif jawaban
mengapa ku begitu merindu kotaku dulu
kini terbenam dibalik gedung-gedung
menyapa langit biru
yang sudah usang membual
menarik benang-benang keterasingan
pada setiap nyawa-nyawa yang berdiri
dan bermain di dinginnya lika-liku kebenaran
tiada lagi angin segar sama rata yang diagung-agungkan
ramah-tamah adalah slogan kosong terlindas meriam-meriam penjajah
sudah-sudah
sudah-sudah
mari bangkit lagi!
antara duka dan suka
begitu tipis beda kurasa
begitu pula cuaca
kadang panas mendera
tak lama hujan pun dengan genit menyapa
kotaku
jejak rasa menerpa
adalah sayup-sayup suara
di ujung luka
adalah tawa diujung tangisnya
hanya kata
yang menawarkan alternatif jawaban
mengapa ku begitu merindu kotaku dulu
kini terbenam dibalik gedung-gedung
menyapa langit biru
yang sudah usang membual
menarik benang-benang keterasingan
pada setiap nyawa-nyawa yang berdiri
dan bermain di dinginnya lika-liku kebenaran
tiada lagi angin segar sama rata yang diagung-agungkan
ramah-tamah adalah slogan kosong terlindas meriam-meriam penjajah
sudah-sudah
sudah-sudah
mari bangkit lagi!
Langganan:
Postingan (Atom)