Kamis, 17 Februari 2011
Rabu, 16 Februari 2011
atas nama udara yang masih bisa kuhirup siang ini
bermain lumpur di negeri jaya
bisik semu sembahannya
...o, indahnya
menikam rencana
strategi bencana
fanatisme akar rumput
ambil sejumput
sejenak kau temui maut
ditikam atribut
ya ya ya
negeri kalut!
mobat-mabit
cari arit
mencacah langit
melalap bukit
nyanyian walang sangit
mak clekit!
Jakarta, 17 Februari 11
bisik semu sembahannya
...o, indahnya
menikam rencana
strategi bencana
fanatisme akar rumput
ambil sejumput
sejenak kau temui maut
ditikam atribut
ya ya ya
negeri kalut!
mobat-mabit
cari arit
mencacah langit
melalap bukit
nyanyian walang sangit
mak clekit!
Jakarta, 17 Februari 11
basa-basi demokrasi
Demokrasi?
relasi kedap suara
meniduri berhala
siapa peduli?
berdetak sendiri
remuk redam
meresah muram
ketika mati
menjadi saksi
garuda diracun-dikebiri
serata tanah bersama silanya
dimunirkan?
Terlalu pagi menelan amarah
resistensi terpasung aroma surga
menguap serupa haus dahaga
nafsu kuasa
mimpi buruk semesta
kudapan pahlawan-pahlawan berhala
mendengkur tatap rumah cahaya
tersadar?
diantara seribu bahasa
akan cinta
tentang mimpi
..di pagi hari
..pucat pasi
nasionalisme....
berserak di rerumputan sandi morse
labirin akhirat
semu..
menghanyutkan..
Jakarta, 2010
relasi kedap suara
meniduri berhala
siapa peduli?
berdetak sendiri
remuk redam
meresah muram
ketika mati
menjadi saksi
garuda diracun-dikebiri
serata tanah bersama silanya
dimunirkan?
Terlalu pagi menelan amarah
resistensi terpasung aroma surga
menguap serupa haus dahaga
nafsu kuasa
mimpi buruk semesta
kudapan pahlawan-pahlawan berhala
mendengkur tatap rumah cahaya
tersadar?
diantara seribu bahasa
akan cinta
tentang mimpi
..di pagi hari
..pucat pasi
nasionalisme....
berserak di rerumputan sandi morse
labirin akhirat
semu..
menghanyutkan..
Jakarta, 2010
Mabuk
hawa biru menghambur
di pucuk rindu
menggantung air liur hening
pekat mimpi
hisap perlahan
aku tidak butuh surga!
kau bawa satu cinta
itulah rasa
tikam terus dadaku
membasah semangkuk peradaban
gula-gula kuasa
tercecer di bibirmu
anjing-anjing negara tersedak mengabu
hembus sejengkal nafas
harum rindu pertiwi
ini indonesia nak, ibumu!
Jakarta, 17 Februari 11
di pucuk rindu
menggantung air liur hening
pekat mimpi
hisap perlahan
aku tidak butuh surga!
kau bawa satu cinta
itulah rasa
tikam terus dadaku
membasah semangkuk peradaban
gula-gula kuasa
tercecer di bibirmu
anjing-anjing negara tersedak mengabu
hembus sejengkal nafas
harum rindu pertiwi
ini indonesia nak, ibumu!
Jakarta, 17 Februari 11
Langganan:
Postingan (Atom)